Halaman

Minggu, 24 Februari 2013

Proyek Arkoun Dalam Kebebasan Takwil Dengan Metode Antropologinya (4)

Melanjutkan pada pembahasan ketiga, Bagi Arkoun, kisah Al-Qur’an yang dipaparkan untuk memantapkan hakikat-hakikat sistem aqidah dan syari’ah adalah hasil rajutan imajinasi kelompok sosial yang tidak bisa mengajukan fakta yang meyakinkan. Memang benar bahwa inti kisah itu terbentuk dari tunas hakiki yang factual, namun imajinasi umat telah merajut sejumlah mitos untuk tujuan sakralisasi. Pada titik inilah, menyatu wacana kisah Al-Qur’an dengan cerita-cerita versi taurat. 
Arkoun menulis, “Sebenarnya kisah Al-Qur’an, hadits Nabi, dan sirah selalu diketengahkan sebagai bentuk argumentasi rasional, padahal semua cerita itu sangat berutang kepada imajinasi sosial yang mengkristalkan mitologi yang khas dalam setiap kelompok, dan berperan dalam penguatan imajinasi itu.” (1) 

Sehingga jadilah Al-Qur’an sebagai referensi utama yang menikmati efek yang canggih dalam tingkat imajinasi sosial, namun tak bernilai apapun dalam level pengetauan sejarah. (2)
Melihat kondisi seperti ini, analisis antropologis menjadi begitu penting –terlebih dalam situasi yang bercampur aduk antara aspek realism dan aspek sakralitas. Mitos – dalam konteks ini sebagaimana pendapat Arkoun – berarti memaparkan visi tentang peristiwa atau tokoh yang pernah ada dalam sejarah dan imajinasi rakyatlah yang kemudian bekerja untuk memperbesarnya. (3)
 
Kondisi yang terjadi pada Al-Qur’an itulah yang yang juga terjadi dengan Taurat, sebagaimana kata Arkoun, “Cerita-cerita Taurat dan wacana Al-Qur’an adalah dua contoh ideal dari ungkapan-ungkapan mistis.” (4) Oleh sebab itu, kisah Al-Qur’an yang  faktual pun hanya berupa representasi dan deskripsi mitos yang dibangun oleh imajinasi. (5)
Persepsi-persepsi Arkoun semacam inilah yang menikam langsung dan mencederai sumber Al-Qur’an yang  berasal dari Allah SWT.
Wallahu a'lam

Selesai-red

(1) Lihat Tarikhiyyat al-Fikr al-‘Arabi, hlm. 14.
(2) Lihat al-Balagh al-‘Arabi, edisi.120, hlm. 12.
(3) Lihat Tarikhiyyat al-Fikr, hlm. 159.
(4) Ibid, hlm. 201.
(5) Lihat Lectures du Qoran, hlm. 13; juga Zhahirat al-Qira’ah al-Jadidah, hlm. 83.


Sumber : Kritik Terhadap Studi Al-Qur'an Kaum Liberal (Perspektif, kelompok gema insani, 2010), oleh Fahmi Salim M.A.


Izzahdini, 24 Feb 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar