Halaman

Jumat, 22 Februari 2013

Proyek Arkoun Dalam Kebebasan Takwil Al-Qur'an Dengan Metode Antropologinya (1)

Terus terang saya agak bingung saat mendapatkan mata kuliah antropologi, dan ditanya tentang "relevansi ilmu tafsir dengan antropologi". Wah, apa ya ? Kalau keterkaitan antar ilmunya, jelas jauh sekali. Antropologi mempelajari tentang budaya atau penduduk sebagai masyarakat tunggal. Sedangkan untuk keilmuan tafsir Al-Qur'an sendiri, yang  harus dipegang oleh seorang mufassir,  yang pertama adalah, Al-Quran harus ditafsirkan dengan Al-Quran itu sendiri. Ayat-ayat tentang suatu tema tertentu harus dikumpulkan dan disingkronkan, baru akan didapatkan tafsir yang sesuai untuk masing-masing ayat. Kemudian, dengan hadits-hadits Nabi SAW. Ayat yang bersifat umum harus dikembalikan kepada penjelasan Nabi SAW dalam sunnahnya. Jika tidak ditemukan, baru ditafsirkan dengan perkataan sahabat, kemudian tabiin. Dan jika tafsir itu berupa "takwil" maka harus memenuhi rambu-rambunya, yaitu mengikuti kaidah-kaidah bahasa arab yang sesuai dengan aturannya dalam tafsir dan mematuhi pokok-pokok tafsir serta kaidah-kaidahnya. juga memperhatikan konteks pembicaraan sebelum dan sesudahnya, sehingga komponen yang satu dengan lainnya saling menyatu secara keseluruhan. Truz, dari sisi mana antropologi bisa menafsirkan Al-Qur'an?

Tapi, kembali ke pertanyaan di atas, mau tidak mau, ya harus dijawab. Sehingga pada akhirnya "relevansi ilmu tafsir dengan antropologi itu bagai minyak dengan air, tak akan mungkin menyatu, dan kalau dipaksa menyatu, it's imposible."...hehehe. Sebagai wacana saja, mari kita lihat bagaimana seorang pemikir liberal, Mohammed Arkoun dalam menafsirkan Al-Qur'an. ^_^

Masih ingat tentang larangan Rasulullah menafsirkan Al-qur'an dengan pendapatnya ???
Dan itu hal yang harus dihindari oleh seorang mufassir, ketika menafsirkan Al-Qur'an dalam bingkai takwil, tanpa disertai ilmu.

Mohammed Arkoun

Suatu ketika saya menemukan buku berjudul, "Kritik Terhadap Studi Al-Qur'an Kaum Liberal". Karya Fahmi Salim, M.A. Disitu tertulis pula, tentang bagaimana  Mohammed Arkoun dalam mentakwilkan Al-Qur'an dengan menggunakan metode antropologi. Sekilas, mengenai pemikiran Mohammed Arkoun, yang merupakan penerus dari usaha Arthur Jeffery dalam mendekontruksi Al-Qur'an. Pemikiran liberal Arkoun, yang menyatakan bahwa bahwa al-Quran yang asli itu tersimpan di Lauh al-Mahfudz. Sedangkan yang kita pakai sekarang ini diistilahkan oleh Arkoun sebagai “al-Quran edisi dunia” (editions terrestres) namun menurutnya al-Quran pada peringkat ini telah mengalami modifikasi, revisi dan subsitusi. (1)
 
Bersambung...

(1) Ahmad bin Hambal, pemikiran mohammed Arkoun, http://ahmadbinhanbal.wordpress.com, diakses 23/2/2013

Izzahdini, 22 Feb 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar