Adalah
tafsir paling beda di antara teman-temannya, bernama TAFSIR AL-IBRIZ
(al-Ibriz fi Ma’rifati Tafsiril Qur’anil Aziz), Adakah yang unik dari
tafsir ini, hmmm, mari kita kupas bersama, :
Ciri Khas Tafsir Ini :
- Terdiri dari 30 jilid, Juz 1-30, disusun kurang lebih sekitar enam tahun, yakni mulai 1954 hingga 1960
- Menggunakan tulisan Arab-Pegon
- Berbahasa jawa
Pengarang Tafsir ini :
KH.
Bisyri Mushthafa dilahirkan di kampung Sawahan, Rembang, Jawa Tengah
pada tahun 1915 dengan nama asli Mashadi (yang kemudian diganti menjadi
Bisyri Mushthafa setelah menunaikan ibadah haji). KH. Bisyri Mushthafa
merupakan putra pertama dari pasangan H. Zainal Mushthofa dengan isteri
keduanya bernama Hj. Chotijah. KH. Bisri Mustofa adalah seorang ulama
Sunni yang gigih menperjuangkan konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Selain
menjadi kiai yang alim, politikus yang handal, pengarang yang produktif.
KH. Bisri Mustofa juga dikenal sebagai satrawan atau seniman. Hal ini
dibuktikan dengan hasil karyannya yang berupa syair-syair atau
puisi-puisi yang penuh dengan pesan-pesan moral bagi masyarakat.
Metode Penafsiran : Tafsir Tahlili (Analitis)
Bentuk Penafsiran : Tafsir bil Ma'tsur
Corak Penafsiran : Cenderung bercorak kombinasi antara fiqhi, sosial kemasyarakatan dan sufi.
Karakteristik
Penafsiran : Tafsir al-Ibriz sangat sederhana dalam menjelaskan
kandungan ayat al-Qur’an. Pendekatan atau corak tafsirnya tidak memiliki
kecenderungan dominan pada satu corak tertentu. Ia merupakan kombinasi
berbagai corak tafsir tergantung isi tekstualnya
Rujukan Kitab Tafsir al-Ibriz Dalam Penafsiran :
Bahan-bahannya
diambil dari kitab-kitab tafsir mu’tabar karya para ulama terdahulu.
seperti Tafsir al-Jalalain, Tafsir al-Baidhowi, Tafsir al-Khazin, dan
sebagainya
Metode Penulisan : Ayat
al-Qur’an ditulis di tengah dengan diberi makna gandul atau jebres khas
pesantren-pesantren di wilayah Jawa, Terjemahan tafsir Ibriz, ditulis
dibagian pinggir. Keterangan-keterangan lain yang terkait dengan
penafsiran ayat dimasukkan dalam sub kategori tanbih, faidah, muhimmah,
dan lain-lain.
Contoh Tafsir Surat Al-Isra’ ayat 110 :
Kelebihan Tafsir ini :
- Ditulis dalam Bahasa Jawa, dengan tujuan supaya orang-orang lokal, Jawa, mampu memahami kandungan al-Qur’an dengan seksama. Dan ditampilkan dengan ungkapan yang ringan dan gampang dicerna, hingga oleh orang awam sekalipun
- Ada semacam hirarki berbahasa yang tingkat kehalusan dan kekasaran diksinya sangat tergantung pihak-pihak yang berdialog. Ini kekhasan tersendiri dari bahasa Jawa yang tidak dimiliki karya-karya tafsir lainnya. bahasa Jawa yang digunakan berkisar pada dua hirarki: bahasa ngoko (kasar) dan bahasa kromo (halus).
- Sebelum disebarluaskan kepada khalayak ramai, karya tafsir ini terlebih dahulu di-taftisy oleh beberapa ulama terkenal, seperti al-‘Allamah al-Hafidz KH Arwani Amin, al-Mukarram KH Abu ‘Umar, al-Mukarram al-Hafidz KH Hisyam, dan al-Adib al-Hafidz KH Sya’roni Ahmadi. Semuanya ulama kenamaan asal Kudus Jawa Tengah.
Kekurangan Tafsir ini :
Izzahdini, 30 juni 2013
- Tidak menyebutkan sumber-sumber asal penafsirannya dari kitab-kitab tafsir sebelumnya
- Menampilkan Hadis Nabi apa adanya, tanpa menyebutkan rangkaian sanadnya. Statusnya, shahih, hasan, atau dhaif.
- Menampilkan pendapat para shahabat. Misalnya, Dalam menafsiri Qs. al-Baqarah ayat 1, alim-laam-miim, Kiai Bisri sebenarnya juga menggunakan interpretasi ala Ibn ‘Abbas. Hanya saja, Kiai Bisri tidak menyebut secara langsung, penafsiran siapa yang dinukilnya.
Izzahdini, 30 juni 2013